https://amp.kompas.com/nasional/read/2021/09/28/18351511/kampus-di-wilayah-ppkm-level-1-3-didorong-gelar-kuliah-tatap-muka
Jurusan geografi Universitas Negeri Semarang (UNNES) sedang mempersiapkan pelaksanaan perkuliahan dengan system hybrid. Hal tersebut dibenarkan oleh Ketua Jurusan Geografi Tjaturahono Budi Sanjoto. “Iya, Jurusan Geografi sedang menuju kesana” ujarnya saat dikonfirmasi kami anggota BPMG, Selasa (21/9).
Hal-hal yang juga dikonfirmasi dari pihak Jurusan Geografi mengenai kebijakan ini “Dari Jurusan Geografi sendiri sudah siap karena memang sudah memiliki rencana serta sarana prasarana yang mendukung untuk kegiatan pembelajaran, namun setuju atau tidaknya kita bergantung dengan pihak pimpinan, karena kita ini terdiri dari satu kesatuan sistem jadi kita harus mengikuti keputusan yang diambil oleh pihak pimpinan, tidak bisa kita berjalan sendiri”. Ujarnya Selasa, (21/9)
Hal ini membuka titik terang terhadap perkuliahan yang akan dilakukan kedepannya walaupun masih dalam tahap rencana. “Sebenarnya ini merupakan serangkaian tahap uji coba yang dilaksanakan oleh pihak kampus dalam menjalani pembelajaran tatap muka di tengah pandemic yang belum reda hingga saat ini”. Tambahnya Selasa, (21/9)
Lalu apasih rencana dari jurusan geografi dalam melaksanakan pembelajaran tatap muka di tengah pandemic ini.
Berikut rencana hingga persiapan dari jurusan geografi mengenai kebijakan terbaru kemdikbudristek akan perizinan melakukan pembelajaran tatap muka untuk wilayah level 1-3:
Pembelajaran dilakukan secara hybrid, yakni setiap kelas nantinya akan dipecah menjadi beberapa rombongan belajar (rombel) yang di isi maks 25 mahasiswa setiap ruangan
Sarana dan prasarna lainnya yang mendukung seperti layar infokus menyerupai TV ukuran 13 inc yang mampu menampilkan wajah pemateri dengan jelas secara dua jaringan.
Mengutamakan mata kuliah yang terdapat praktikum dan mata kuliah lainnya bisa memanfaatkan kuota belajar
Melaksanakan prokes yang ketat
Pembelajaran tatap muka ini di prioritaskan untuk mahasiswa semester 1 dan 3 dengan cakupan tempat tinggal di wilayah Semarang Raya, jadi tidak semua mahasiswa bisa ikut pembelajaran tatap muka ini, bahkan ada persyaratan lainnya seperti sudah mengikuti proses vaksinasi dua kali dan mendapat persetujuan dari orang tua serta tidak memiliki penyakit bawaan.
Ia juga menambahkan bahwa, Jurusan Geografi memiliki rencana terhadap mahasiswa yang akan melaksanakan seminar proposal (sempro) dan sidang skripsi, yaitu dengan adanya kesepakatan terlebih dahulu antara 3 dosen penguji dan mahasiswa tersebut apakah seminar proposal (sempro) dan sidang skripsi dilaksanakan secara daring atau luring.
Adapun yang menjadi pertimbangan pelaksanaan perkuliahan dengan system hybrid ini adalah tidak hanya menjadikan peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) sebagai pedoman namun juga harus adanya perintah dan persetujuan dari seluruh civitas akademika Universitas Negeri Semarang (UNNES).
Perkuliahan dengan system hybrid juga di konfirmasi oleh salah satu dosen Jurusan Geografi Pradika Adi Wijayanto saat dikonfirmasi “Sebenarnya wilayah Semarang sudah layak melakukan pembelajaran tatap muka, namun karena covid-19 masih ada sehingga kita tidak bisa melakukan pembelajaran secara full, kemungkinan dengan menggunakan system sift atau bergantian”. Bahkan untuk syarat nya sendiri dari mahasiswa serta dosennya harus sudah melakukan vaksin ditambah dengan melaksanakan prokes yang ketat. Hal ini cukup menjadi dilemma bagi kita semua yang mana sudah kita ketahui bahwa setiap selesai melakukan pembelajaran maupun praktikum di salah satu ruangan, maka ruangan tersebut harus disterialisasikan dengan penyemprotanm disinfektan secara berulang, sehingga cukup banyak biaya yang harus dikeluarkan dan jauh lebih baik jika biaya tersebut digunakan untuk membeli peralatan yang mendukung kegiatan praktikum.
Penulis : Febby
Editor : Farah
Comments