Seputar Infomasi Geografi UNNES

Foto bersama berlangsungnya kegiatan Diskusi Terbuka di selasar C1 FIS UNNES.
Pada hari kamis 15 juni 2023 telah dilaksanakan diskusi yang diselenggarakan oleh himpunan mahasiswa geografi UNNES bersama ikatan alumni geografi unnes di pelataran Gedung C1 dengan tema “Mengenal Lebih Dalam Geografi dari Sudut Pandang Keilmuan, Hingga Penempatan Geografi pada Lembaga Institusional yang Sesuai dengan Rumpun Keilmuan”. Diskusi tersebut membahas tentang tanggapan dari mahasiswa geografi beserta alumni (yang hadir sebagai narasumber) mengenai berubahnya nama Fakultas Ilmu Sosial menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Dalam diskusi tersebut menuai banyak pendapat baik dari mahasiswa geografi, alumni geografi, dan alumni dari jurusan ilmu lingkungan.
Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan, serta kelingkungan, dalam konteks keruangan. Objek geografi terdiri dari dua, yakni material dan formal. Objek material geografi adalah geosfer, di mana terdiri dari litosfer (lapisan kulit bumi), atmosfer (lapisan udara), hidrosfer (lapisan air), biosfer (lapisan hewan dan tumbuhan), dan antroposfer (lapisan manusia). Dari definisi tersebut jelas bahwasannya geografi bukan hanya berisi ilmu sosial namun juga terdapat ilmu alam sebagai kajian di dalamnya. Oleh karena itu, geografi sebenarnya sebuah ilmu yang berdiri sendiri, tidak relevan jika masuk ke dalam naungan Fakultas Ilmu Sosial ataupun Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Dari beberapa mahasiswa yang hadir dalam diskusi tersebut juga merasa demikian, bahwa geografi berada di Fakultas Ilmu Sosial memang dirasa kurang relevan, karena jika dilihat dari kajian pembelajarannya saja hampir sekitar 60% berkaitan dengan ilmu fisik dan 40% berkaitan dengan ilmu sosial.
Menurut pendapat dari beberapa alumni, yang sudah memasuki dunia kerja, banyak pertanyaan yang timbul mengenai Geografi masuk ke dalam naungan Fakultas Ilmu Sosial. Bahkan, mirisnya lagi ada yang tidak tahu bahwa Geografi ada di FIS UNNES. Ini akan memicu resiko bagi para fresh graduate dalam mencari pekerjaan nantinya. Terlebih, jika Penamaan Fakultas Ilmu Sosial diganti menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, akan lebih dipertanyakan lagi terkait kompetensinya. Sedangkan dahulu saat UNNES sebelum menjadi PTN-BH masih ada normalisasi, karena secara historis UNNES dahulunya adalah Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP). Namun tidak sesuai dengan posisi unnes yang sekarang telah menjadi PTN-BH yang mana seharusnya geografi mampu berdiri secara mandiri. Saat ini lulusan Geografi UNNES masih mendapat gelar S.Si. Gelar tersebut menandakan bahwa studi yang diambil berkaitan dengan sains atau rumpun fisik, hal ini menjadi sebuah keanehan dimana bahwa gelar S.Si lulusan geografi dikeluarkan oleh Fakultas Ilmu sosial, terlebih jika perubahan nama menjadi Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu politik akan menjadi tidak masuk akal untuk lulusan geografi.
Menurut salah satu alumni mengatakan bahwa “geografi itu mempelajari semuanya. terutama pada alumni yang sudah berpengalaman dalam dunia kerja, teman-teman menganggap seakan-akan lulusan geografi itu tau semua walaupun di geografi sebagai tanda kutip memang dipelajari secara semuanya, yang utamanya justru ada yang lebih ke IPA dan beberapa malah lebih ke teknik (toponimi, total station, land surveying, dsb) dan posisi geografi yg saat ini masih dalam naungan FIS bahkan sudah dipertanyakan terkait kualitasnya, apalagi jika belum diperoleh sertifikat yang mumpuni sesuai dengan sertifikasi keahlian maka akan beresiko adanya keraguan dari pihak stakeholder, untuk saat ini akan menjadi sebuah ironi kalau secara historis geografi yang merupakan jurusan tertua namun jurusan lain yang menjadi prioritas terlebih dahulu, jadi memang agak sangat disayangkan.”
Jurusan geografi memang menjadi jurusan tertua di FIS bersama Jurusan Sejarah yang berdiri secara sah pada tahun 1965 yang dahulu masih menjadi IKIP, maka hal tersebut dirasa tidak adil bagi mahasiswa geografi yang merasa di anak tirikan dan tidak diperhatikan oleh fakultas terkait bidang keilmuan geografi dalam naungan Fakultas Ilmu Sosial. bahkan menurut salah satu alumni geografi unnes mengatakan bahwa umur jurusan geografi UNNES lebih tua daripada pembentukan IKIP yaitu sudah ada sebelum tanggal 1 januari 1961 yang dahulu dikenal dengan ilmu kebumian.
Selain itu, pengalaman dari para alumni mengatakan bahwa sebagian besar lowongan kerja alumni geografi lebih banyak pada sektor swasta daripada di sektor pemerintahan, pada sektor swasta tersebut mereka lebih mencari mahasiswa dengan lulusan sesuai kapasitas dan rumpun keilmuannya serta kebanyakan pada sektor swasta 70% pekerjaannya berkaitan dengan bidang saintek.

Isu gejolak pendirian fakultas geografi tidaklah terjadi satu kali ini saja, namun sudah terjadi tiga kali yaitu pada tahun 2006, 2011 dan 2023, berbagai upaya mahasiswa sudah dilakukan agar aspirasi mereka didengar oleh pihak jurusan, namun tetap nihil dan tidak ada tindak lanjut dari jurusan ataupun fakultas. Pada masa sekarang ini adalah saatnya bagi jurusan geografi untuk memikirkan masa depan geografi dengan berdikari sendiri karena secara administrasi jurusan geografi sudah memenuhi syarat jika ingin menjadi fakultas sendiri karena sudah memiliki 5 guru besar, sumbangsih anggaran dari geografi dapat diperhitungkan, banyak karya ilmiah yang sudah dipublikasikan dan UNNES juga sudah Menjadi PTN-BH yang seluruh keputusan terdapat pada pimpinan kampus.
menurut ketua himpunan mahasiswa geografi yaitu Reyhan Hanif menyatakan bahwa “Terkait isu ini dalam langkah menjadi fakultas, permasalahan lebih kepada internal jurusan itu sendiri yang belum terciptanya satu visi dengan beberapa ada yang kecenderungan netral dan masih ada tantangan di tingkat fakultas. Mungkin susahnya jurusan geografi untuk melangkah ketingkat fakultas dikarenakan dirasa masih dipersulit pihak fakultas (FIS), dan dalam hal ini tercermin dari banyaknya sumbangsih anggaran dari Jurusan Geografi ke Fakultas Ilmu Sosial, karya ilmiah yang sudah banyak terpublikasi dan banyak pula kegiatan terakreditasi dirasa sangat menguntungkan bagi fakultas ilmu sosial, karena hal tersebut bermunculan spekulasi akan sulitnya dalam hal pelepasan geografi untuk menjadi sebuah fakultas mandiri”
Apabila Geografi ingin menjadi Fakultas yang berdiri sendiri maka perlu dukungan dari disiplin ilmu lain, seperti katakanlah ilmu kelingkungan, geomatika, dan lain sebagainya yang masih relevan dengan Geografi. Dari alumni sendiri memberikan sebuah solusi bahwa ada prodi yang serumpun dengan geografi hanya berbeda pada orientasinya saja seperti ilmu lingkungan, dimana orientasi ilmu lingkungan berfokus pada ekologi industri, namun jika dilihat dari segi kesamaan kajiannya dengan geografi adalah terdapat beberapa mata kuliah mereka yang pembahasannya sama dengan apa yang dipelajari di geografi seperti geologi, hidrologi, serta pemetaan ArcGIS. Oleh karena itu, ilmu kelingkungan cukup dibilang relevan dengan geografi karena terdapat kemiripan rumpun keilmuan dalam keduanya. Begitu juga dengan keilmuan lainnya yang serupa, dan diharapkan mampu membantu mendukung berdirinya fakultas Geografi.
Terkait dengan perubahan nama fakultas ini menjadi sebuah PR bagi mahasiswa geografi, bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk mendesak pimpinan jurusan geografi agar dapat bergerak dan memikirkan nasib masa depan mahasiswa geografi.
Pesan Alumni:
“Sabar, konsisten untuk terus berjuang demi kepentingan kalian sendiri. Harapannya mahasiswa dapat terpanggil dengan kondisi geografi unnes untuk saat ini yang dirasa tidak baik-baik saja untuk kemajuan geografi di masa mendatang.”
Tim Redaksi :
Rr. Jacinda Kusumaningtya, Gilang Sadewa Mahardika Putra, Muhammad Rizki Ubaidillah Saputra, Nurul Ismawati
Comments